Senin, 09 Juli 2012

PROPOSAL PENELITIAN HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATUA MAKASSAR


PROPOSAL PENELITIAN
HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN  DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATUA MAKASSAR





OLEH :
ARAHMAN
09.071.014.018


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
MAKASSAR
2012



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Diare merupakan penyebab kematian utama di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah dunia terutama di Negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun. Meskipun diare membunuh sekitar 4 juta orang/tahun di Negara berkembang, ternyata diare juga masih merupakan masalah utama di Negara maju. Di Amerika, setiap anak mengalami 7-15 episode diare dengan rata-rata usia 5 tahun, 9% anak yang dirawat di Rumah Sakit dengan diare berusia kurang dari 5 tahun, dan 300-500 anak meninggal setiap tahun. Di Negara berkembang rata-rata tiap anak dibawah usia 5 tahun mengalami episode diare 3 kali pertahun   (WHO, 2009).
Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara-negara berkembang karena menurut World Healt Organisation (WHO), penyakit Diare membunuh satu anak di dunia ini setiap 15 detik, karna access pada sanitasi masih terlalu rendah . Hal ini menimbulkan masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan pertumbuhan ekonomi dan potensi sumber daya manusia pada skala nasional. (Azwar, 2009)
Di Indonesia terdapat empat dampak kesehatan oleh pengolahan air dan sanitasi yang buruk, yakni Diare, Tifus, Polio dan Cacingan. Hal survei pada tahun 2006 menunjukkan bahwa kejadian Diare pada semua usia di Indonesia adalah 423 per 1000 penduduk dan terjadi 1 – 2 kali per tahun pada anak –anak berusia dibawah 5 tahun. (Elok Dyah Messwati, 2008)
Pada tahun 2008 dilaporkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare di 15 provinsi dengan jumlah penderita sebanyak 8.443 orang, jumlah kematian sebanyak 209 orang atau Case Fatality Rate (CFR) sebanyak 2,48%. Hal tersebut utamanya disebabkan oleh rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi yang buruk dan perilaku hidup tidak bersih. (Profil Kesehatan Indonesia, 2008)
Sampai saat ini kejadian diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Sulawesi Selatan. Walaupun secara umum angka kesakitan masih berfluktuasi, dan juga dilaporkan oleh sarana pelayanan dan kader kesehatan diare ini masih sering menimbulkan KLB (kejadian luar biasa) yang cukup banyak bahkan menimbulkan kematian.
      Berdasarkan data yang diperoleh dari bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar 2007, jumlah penderita diare sebanyak 52.278 orang dan 14.493 atau sebesar 28 % diantaranya adalah balita. Secara keseluruhan dilaporkan 10 penyakit diare yang meninggal dunia. Untuk penderita  diare, masih menurut data hasil survailans, paling banyak diderita oleh warga berusia antara 1-4 tahun atau yang masih tergolong balita. Pada usia ini, jumlah penderita adalah sebanyak 7.379 orang. Data surveilens juga menyebutkan penderita diare dari warga Sulawesi Selatan yang berusia 5-9 tahun mencapai 2.955, usia 10-14 tahun sebanyak 1.746 orang, usis 15-19 tahun sebanyak 1.467, usia 55-59 tahun sebanyak 856 orang, usia 60-69 tahun sebanyak 1.125 orang dan diatas usia 70 tahun sebanyak 554 orang. (Dinkes Sul-Sel 2009).
             Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan angka insidens dan angka fatalitas kasus kejadiaan diare diantaranya adalah peningkatan cakupan air bersih dan jamban keluarga, penyuluhan kesehatan, penemuan dan pengobatan penderita, serta pemasyarakatan atau penggunaan oralit, baik malalui unit pelayanan kesehatan maupun melalui kegiatan lintas sektoral termasuk posyandu telah dilakukan oleh jajaran dinas kesehatan.
      Data diare yang diperoleh dipuskesmas Batua kota Makassar memberikan gambaran bahwa dari 10 penyakit yang menonjol, salah satu adalah diare menempati urutan ke- 2 yaitu pada tahun 2008 kejadian diare sebanyak 1.815 orang, dan pada tahun 2009 kejadian diare sebanyak 1.905 sedangkan pada tahun 2010 dari bulan januari sampai bulan mei kejadian diare sebanyak 407 orang.
           Berdasarkan uraian di atas bahwa masalah sanitasi lingkungan berpengaruh terhadap kejadian diare sehingga penelitian tertarik untuk mengadakan penelitian di puskesmas Batua kota Makassar untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare.  
B.     Rumusan Masalah
           Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.      Apakah ada hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Batua Makassar?
2.      Apakah ada hubungan pengelolaan sampah dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Batua Makassar?
3.      Apakah ada hubungan pengelolaan air limbah dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Batua Makassar?
4.      Apakah ada hubungan pemanfaatan jamban keluarga dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Batua Makassar?
C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Batua Makassar.
2.      Tujuan Khusus
a.       Diketahuinya hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Batua Makassar.
b.      Diketahuinya hubungan pengelolaan sampah dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Batua Makassar.
c.       Diketahuinya hubungan pengelolaan air limbah dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Batua Makassar.
d.      Diketahuinya hubungan pemanfaatan jamban dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Batua Makassar
D.    Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Depertemen kesehatan dalam perbaikan lingkungan pemukiman.
2.      Perguruan tinggi
Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai kesehatan lingkungan.
3.      Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat mengenai kesehatan lingkungan dan penyakit yang berhubungan dengan lingkungan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  Tinjauan Umum Tentang Sanitasi Lingkungan.
Pengertian sanitasi menurut World Health Organization (WHO) adalah usaha mengendalikan dari semua faktor-faktor fisik manusia yang menimbulkan hal-hal yang telah mengikat bagi perkembangan fisik kesehatan dan daya tahan tubuh (Anwar Daud, 2002).
Sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologis sosial, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan.
Pentingnya lingkungan yang sehat telah dibuktikan oleh WHO dengan menyelidikan – menyelidikan di seluruh dunia dimana didapatkan bahwa angka kematian (mortalitas), angka perbandingan orang sakit (mordibitas) yang tinggi serta seringnya terjadi endemi di tempat-tempat dimana hygiene dan sanitasi lingkungan buruk.
a.    Penyebab Kematian Bayi
Menurut WHO, bahwa Negara-negara yang sedang berkembang terdapat banyak penyakit kronis endemik, sering terjadi epidemic. Angka kematian bayi dan anak-anak yang tinggi disebabkan oleh : ( Enjang, 2000 ).
1. Pengotoran penyediaan air rumah tangga

6
 
         2.  Infeksi karena langsung ataupun tidak dengan feces manusia
         3. Infeksi yang disebabkan oleh anthropoda, mollusca dan vector-vektor lainnya.
        4.  Pengotoran air susu dan makanan lainnya
        5.  Perumahan yang terlalu sempit
        6.  Penyakit-penyakit hewan yang berhubungan dengan manusia.
b.    Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
Sanitasi lingkungan lebih menekankan pada pengawasan pengendalian atau kontrol pada faktor lingkungan manusia, sebagaimana ditemukan oleh WHO ada 7 (tujuh) kelompok ruang kesehatan lingkungan yaitu :
1.    Problem air
2.    Problem barang atau benda sisa atau bekas seperti air limbah kotoran manusia dan sampah.
3.    Problem makanan dan minuman
4.    Problem perumahan dan bangunan lainnya
5.    Problem pencemaran udara, air dan tanah
6.    Problem pengawan anthropoda dan rodiatis
7.    Problem dengan kesehatan kerja (Anwar Daud, 2002)
c.    Hubungan Lingkungan Dengan Faktor Penyakit
Beberapa masalah lingkungan yang berhubungan dengan faktor penyakit adalah :
1.    Perubahan lingkungan fisik oleh kegiatan pertambangan, membangun perumahan dan industri yang mengakibatkan timbulnya tempat berkembang biaknya faktor penyakit.
2.    Pembangunan bendungan akan beresiko berkembang biaknya faktor penyakit.
3.    System penyediaan air dengan perpipaan yang belum menjangkau seluruh penduduk sehingga masih diperlukan conteiner untuk penampungan penyediaan air.
4.    System drainase permukiman dan perkotaan yang tidak memenuhi syarat sehingga menjadi tempat perindukkan penyakit.
5.    System pengelolahan sampah yang belum memenuhi syarat menjadikan sampah sarang faktor penyakit.
6.    Perilaku sebagian masyarakat dalam pengelolaan lingkungan yang sehat, nyaman dan aman masih belum memadai.
7.    Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dalam pengendalian faktor penyakit secara kimia beresiko timbulnya keracunan dan pencemaran lingkungan (Depkes RI, 2001).
B.  Tinjauan Umum Tentang Air Bersih
 Air merupakan kebutuhan yang sangat esensial bagi manusia, karena didalam tubuh manusia air berkisar 50-70% dari seluruh berat badan. Dan kebutuhan manusia akan air setiap hari minimal 1, 5-2 liter untuk diminum, sebab jika munusia kekurangan air maka akan menyebabkan kematian. (Slamet,2002).
a.    Syarat air bersih
              Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/IX/1990 adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
              Adapun beberapa syarat air bersih yang memenuhi syarat menurut PERMENKES No. 907/MENKES/SK/VII/2002 adalah sebagai berikut :
1.    Syarat fisik, bersih, jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna
2.    Tidak mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan seperti racun, serta tidak mengandung mineral dan zat organik yang jumlahnya tinggi dari ketentuan.
3.    Syarat biologis, tidak mengandung organisme patogen
4.    Syarat radioaktif : bebas dari sinar alfa dan sinar beta
5.    Syarat kuantitas yaitu pada daerah pedesaan untuk hidup secara sehat cukup dengan memperoleh 60 liter/hari/orang, sedangkan daerah perkotaan 100-150 liter/hari/orang.
b.    Penyakit Yang Berhubungan Dengan Air
Secara garis besar penyakit yang sehubungan air dilihat dari cara penularannya dapat digolongkan atas 4 macam :
1.    Water Borne Disease
Jenis penyakit yang ditularkan atau disebabkan akibat kontaminasi oleh kotoran manusia air seni, yang kemudian airnya dikonsumsi oleh manusia yang tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit tersebut antara lain : cholera, typhoid, Basillari Disentry, Weings Disease.
2.    Water Washed Disease
Jenis penyakit yag ditrasmisikan dengan masukan air yang tercemar kotoran ke dalam tubuh secara langsung (Fecal Oral) akibat penyediaan air bersih untuk pencucian alat atau benda (tangan) yang digunakan kurang secara kuantitas maupun kualitas. Jenis penyakit pada kelompok ini adalah bakterial ulcers (Bisul) Scabies (Kudis), trchoma (terserang pada mata).
3.    Water Based Disease
Penyakit akibat organisme patogen yang sebagian siklus hidupnya dalam air. Penyakit yang masuk dalam golongan ini adalah schistosimiasis (Bilhazia) cacing guines.
4.    Insecr Water Related
Penyakit yang disebabkan oleh insekta (serangga) yang berkembangbiak atau memperoleh makanan disekitar air sehingga insiden-insidennya dapat dihubungkan dengan dekatnya sumber air cocok, misalnya penyakit malaria dan onchocersiasis.
c.    Sumber Dan Karakteristik Air Bersih
1.    Sumber Air Bersih
Beberapa air bersih yang dapat digunakan untuk kepentingan aktivitas dengan ketentuan harus yang memenuhi syarat yang sesuai dari segi konstruksi sarang pengolahan, pemeliharaan dan pengawasan kualitasnya, urutan sumbernya air bersih kemudahan pengolahan dapat berasal dari :
a.    Perusahan air minum
b.    Air tanah (sumur pompa, sumur bor, dan artesis)
c.    Air hujan.
2.    Karakteristik Sumber air
a.    Perusahan air minum (PAM) dari segi kualitas relativ sudah memenuhi syarat (fisik, kimia, dan bakterilogis)
b.    Air tanah : mutu air sangat dipengaruhi keadaan geologis setempat
c.    Air hujan : biasanya bersifat asam, CO2 bebas, tinggi, mineral rendah, kesadaran rendah. (Depkes RI, 1998).
C.  Tinjauan Umum Tentang Pengelolaan Sampah
              Menurut definisi WHO, sampah adalah sesuatu yang digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. (Budiman Chandra,2007)
              Menurut kasnoputranto, bahwa sampah adalah suatu bahan atau benda padat yang terjadi karena hubungan dengan aktivitas manusia sudah tidak dipakai lagi,tidak disenangi dan dibuang dengan cara saniter. Banyak para ahli-ahli mengajukan batasan-batasan lain, tapi pada umumnya mengandung prinsip yang sama, yaitu :
a.    Adanya suatu benda atau zat padat atau bahan
b.    Adanya hubungan langsung atau tidak langsung dengan aktivitas manusia
c.    Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi, tak disenangi dan dibuang dalam arti pembuangan dengan cara yang diterima oleh umum (Ariyanto dan Dewi, Depok, 2002)
d.   Berdasarkan jenis-jenis sampah dapat dibagi menjadi berbagai jenis, antara lain :
1.    Berdasarkan zat kimia yang terkandung dimana sampah dibagi menjadi:
a.    Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk misalnya logam atau besi, pecahan seng dan plastik.
b.    Sampah organik adalah sampah yang ada umunya dapat membusuk, misalnya sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya.
2.    Berdasarkan dapat tidaknya terbakar
a.    Sampah yang mudah terbakar misalnya kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas dan sebagainya.
b.    Sampah yang tidak dapat terbakar, isinya kaleng-kaleng, besi-besi dan sebagainya.
3.    Berdasarkan karakteristik sampah
a.    Garbage adalah sisa-sisa pengolahan atau makanan yang sudah membusuk.
b.    Rubbish adalah bahan-bahan sisa pengolahan yang sukar membusuk. Rubbish ini ada yang mudah terbakar seperti kayu, kertas dan ada yang tidak dapat terbakar seperti kaleng, besi dan sebagainya. (Notoatmodjo, 1997).
Ada tiga hal pokok yang perlu dperhatikan dalam pengolahan sampah antara lain : (1) Harus ditutup sehingga tidak menjadi tempat bersarangnya serangga atau binatang-binatang lainnya seperti tikus, lalat dan kecoa. (2) Pengangkutan atau pengumpulan sampah (colection) atau sampah ditampung dalam tempat sampah sementara dikumpul kemudian diangkut dan dibuang. Pada pengumpulan dan pengangkutan sampah dapat dilakukan perorangan, pemerintah dan swasta.
D.  Tinjauan Umum Tentang Pengelolaan Air Limbah
Menurut Metcalfn dan Eddy Air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah, sampah cair berasal dari daerah pemukiman, perkotaan dan industri bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada.
                Azrul Azwar mendefinisikan air limbah adalah kotoran air bekas atau air bekas tidak bersih yang mengandung berbagai zat yang membahayakan kehidupan manusia dan hewan lainnya yang muncul karena hasil perbuatan manusia.
a.    Sumber air limbah
Dalam sehari-hari sumber air limbah yang dikenal adalah :
1.    Air limbah  yang berasal dari rumah tangga (domestic sewage)
2.    Air limbah yang berasal dari perusahan (comersial waste) seperti dari hotel dan restoran.
3.    Air limbah yang berasal dari industri (industrial waste) misalnya dari pabrik tekstil, tembaga dan industri makanan.
4.    Air limbah yang berasal dari sumber lain seperti air hujan yang bercampur dengan air comberan.
b.    Syarat-syarat saranan pembuangan air limbah.
Sasaran pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1.    Tidak mencemari sumber air bersih
2.    Tidak menimbulkan genangan air
3.    Tidak menimbulkan bau
4.    Tidak menimbulkan tempat berlindung dan tempat berkembang biak nyamuk dan serangga lainnya (Anwar Daud, 2000).
c.    Karakteristik air limbah
Karakteristik air limbah perlu dikenal, karena hal ini akan menentukan cara pengolahan yang tepat, sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis besar, karakteristik air limbah digolongkan menjadi :
1.    Fisik
Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padat dan suspensi. Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna suram seperti kerutan sabun, berbau, kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas berwarna, cucian beras dan sayur dan sebagainya.
2.    Kimiawi
Air bangunan mengandung zat-zat kimia oraganik yang berasal dari air bersih yang bercampur dengan bermacam-macam zat organik berasal dari pancuran tinggi urin dan sampah-sampah dan lain sebagainya.

3.    Bakteriologis
Kandungan bakteri patogen dan organisme terdapat juga dalam air limbah tergantung darimana sumbernya namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air limbah.
Air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup, antara lain:
a. Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit terutama kolera, typhus abdominalis, dan disentri baciler.
b. Menjadi media berkembangnya mikroorganisme patogen.
c. Menjadi tempat berkembangnya nyamuk atau tempat hidup larva nyamuk.
e. Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan hidup lainnya.
d.   Gangguan terhadap kesehatan
Sesuai dengan zat-zat yang terkandung dalam sisa limbah bila air limbah tidak dikelolah maka akan menyebabkan gangguan kesehatan masyarakaat dan lingkungan hidup antara lain :
1.    Menjadi transmisi atau media penyerangan sebagai penyakit terutama kolera, typus abdominalis, disentri bakteri.
2.    Menjadi tempat berkembang biaknya mikroorganisme pathogen.
3.    Menjadi tempat berkebang biaknya nyamuk atau tempat hidup virus nyamuk.
4.    Menimbulkan bau yang tidak enak serta bau yang tidak sedap.
5.    Merupakan sumber pencemaran air permukaan tanah dan lingkungan hidup lainnya.
6.    Mengurangi produktivitas manusia karena orang bekerja dengan tidak nyaman dan Sebagainya (Notoatmojo, 1997).
E.  Tinjauan Umum Tentang Jamban Keluarga
               Jamban keluarga adalah suatu yang dikenal dengan WC dimana digunakan untuk membuang kotoran manusia atau tinja dan urine bila mana pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat dapat menimbulkan berbagai penyakit saluran pencernaan seperti diare, cholera.
Pembuangan kotoran yang baik hendaknya memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
a.    Tidak mengotori tanah permukaan disekeliling jamban tersebut
b.    Tidak mengotori air permukaan disekelilingnya
c.    Tidak mengotori air tanah disekitarnya
d.   Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat, kecoa, dan binatang lainnya.
e.    Tidak menimbulkan bau
f.     Mudah dipergunakan dan dipelihara
g.    Sederhana desainnya
h.    Murah
i.      Dapat diterima oleh pemakaianya.

Agar persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.    Sebaiknya jamban tersebut tertutup, bangunan jamban terlindungi dari panas dan hujan, serangga dan binatang lain, terlindung dari pandangan orang.
2.    Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat dan sebagainya.
3.    Bangunan jamban sedapat mungkin tersedia alat pembersihan seperti air atau kertas pembersihan (Notoatmodjo, 1997).
          Adapun berikut ini macam-macam jenis jamban adalah sebagai berikut:
a.    Pit-privy (Cupluk)
Jamban ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah dengan diameter 80-120 cm, sedalam 2,5-8 meter dindingnya diperkuat dengan batu bara. Dapat ditembok agar tidak mudah ambruk, lama pemakaian 5-15 tahun.
b.    Aqua-privy (cupluk berair)
Terdiri atas bak yang kedap air, diisi di dalam tanah sebagai pembuangan. Untuk jamban ini agar berfungsi dengan baik perlu pemasukan air setiap hari, baik sedang digunakan atau tidak.   Pembuangan tinja dengan jarak dari sumber air minimal lebih dari   10 m.
c.    Water seated latrine (angsa trine)
Jamban ini bukanlah merupakan jamban tesendiri tapi hanya modifikasi closetnya saja. Pada jamban ini closetnya terbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air ini gunanya sebagai sumbat sehingga bau busuk tidak tercium diruangan jamban. (Entjang indah, 2000)
F.   Tinjauan Umum Tentang Sanitasi Perumahan
1.      Pengertian sanitasi perumahan
Sanitasi perumahan adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitiberatkan dan pengawasan terhadap struktur fisik, dimana orang menggunakan sebagai tempat berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Sarana sanitasi tersebut antara lain ventilasi, suhu, kelembaban, sarana pembuagan sampah, sarana pembuangan kotoran manusia dan penyedian air bersih (Azwar, 1990).
Sanitasi perumahan menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan sedimikian rupa sehingga munculnya penyakit dapat dihindari. Berarti sanitasi adalah suatu usaha pengendalian faktor- faktor lingkungan guna untuk mencegah timbulnya suatu penyakit dan penularan yang di sebabkan oleh faktor lingkungan tersebut, sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat optimal.(Depkes RI, 2002)
2.      Perumahan sehat
Rumah meruapakan tempat beristirahat, berlindung dan menyimpan harta benda secara aman dan tenang. Oleh karena mempunyai beberapa fungsi maka rumah haruslah memenuhi syarat kesehatan dan juga tidak bertentangan dengan peraturan-peraturan yang ada karena rumah mempunyai hubungan yang erat dengan penghuninya. Dimana rumah dengan kondisi yang buruk akan memberi pengaruh yang buruk pula kepada penghuninya.
Secara umum kriteria rumah sehat adalah (Depkes RI, 2002)
a.    Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
b.    Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup, komunikasi yang sehat antara anggota keluarga dan penghuni rumah.
c.    Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinjah dan limbah rumah tangga, bebas fektor penyakit dan tikus, kepadatan penghuni yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
d.   Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
G. Tinjauan Umum Tentang Diare.
a.    Pengertian diare
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir darah atau lendir saja.
b.    Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :
1.    Faktor infeksi
a.    Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:
a.    Infeksi bakteri : vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
b.    Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis) Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
c.    Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides): protozoa (Entamoeba histolityca, Giardia lamblia, Trichomonas hominis). Jamur (Candida albicans).
b.    Infeksi parenteral infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis media akut (OMA), tonsilitis/ tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
2.    Faktor malabsorbsi
1.    Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering( intoleransi laktosa).
2.    Malabsorbsi lemak
3.    Malabsorbsi protein
3.    Faktor makan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4.    Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tepati dapat terjadi pada anak yang lebih besar).
c.    Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
1.    Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia).
2.    Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah).
3.    Hipoglikemia
4.    Gangguan sirkulasi, Darah.
d.    Manifestasi klinis
             Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijauan-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus daerah sekitrnya timbul lecet karena sering defeksi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.
               Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basah dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak : yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Bila berdasarkan tonisitas plasma dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik, dan hipertonik.
e.     Penatalaksanaannya
               Penatalaksanaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau pengobatan penyakit dasar. Obat-obatan tertentu (misalnya, prednison) dapat mengurangi beratnya diare dan penyakit.
Untuk diare dengan dehidrasi ringan, cairan oral serta larutan elektrolit dapat diberikan untuk dehidrasi pasien. Untuk diare dengan dehidrasi sedang akibat sumber non-infeksius, obat-obatan tidak spesifik seperti difenoksilat (lomotil) dan loperamit (Imodium) juga diberikan untuk menurunkan motilitas. Preparat antimikrobial diberikan bila preparat infeksius telah teridentifikasi atau bila diare sangat berat (Ngastiyah, 2005).
Terapi cairan intravena mungkin diberikan untuk anak kecil atau lansia. (Suddart & Brunner  2001)
H.  Kerangka Konsep Penelitian
1.    Kerangka Konsep Penelitian
               Berdasarkan tujuan kepustakaan bahwa kejadian diare dipengaruhi oleh sanitasi lingkungan yaitu yang terdiri dari penyediaan air bersih, pengelolahan sampah, pengelolahan air limbah dan pemanfaatan jamban. Kita ketahui bahwa sanitasi lingkungan merupakan pengawasan lingkungan fisik, biologis sosial, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan. Hasil yang diharapkan dari sanitasi lingkungan yang baik, yaitu tergantung dari peningkatan kualitas lingkungan dengan memperbaiki sanitasi lingkungan air bersih, penyediaan jamban keluarga, pengelolaan air limbah dan pengelolaan sampah. Terciptanya sanitasi lingkungan yang baik akan menurunkan atau mengurangi kejadian diare pada masyarakat. Hal ini terkait dengan pemanfaatan sanitasi lingkungan, yang membawa dampak positif dalam kehidupan dan akan terhindar dari penyakit.
Adapun gambaran dari kerangka konsep pada penelitian ini dapat dilihat pada bagan sebagai berikut :
Gambar 1. Pola pikir variabel penelitian.














Gambar 1. Pola pikir variabel penelitian.
Keterangan :
                               Variabel yang diteliti
                               Variabel yang tidak diteliti
2.    Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif
a.    Diare
Yang dimaksud diare dalam penelitian ini adalah terjadinya pengeluaran feses berturut-turut lebih dari tiga kali sehari disertai dengan adanya perubahan konsistensi dan bentuk tinja dari penderita yang bersangkutan menjadi encer.
Kriteria objektif :
Menderita                 : jika responden terdiagnosa Diare oleh dokter.
Tidak menderita        : jika tidak terdiagnosa Diare oleh dokter.
b.    Penyediaan air bersih
Yang dimaksud penyediaan air bersih dalam penelitian ini adalah tersedianya air yang digunakan oleh responden dan anggota keluarga dalam kehidupan sehari-hari.
Kriteria objektif :
1.      PDAM
a.    Memenuhi syarat kesehatan :
1.    Tidak tercemar air permukaan
2.    Tidak berasa, berbau dan berwarna
b.    Tidak memenuhi syarat apabila tidak memenuhi minimal satu kriteria tersebut diatas.
2.      Sumur gali
a.    Memenuhi syarat kesehatan :
                                                   1.     Dinding sumur diplaster dengan kedap air sedalam minimal 4 meter.
                                                   2.     Mempunyai bibir dengan ketinggian minimal 70 cm dari permukaan tanah.
                                                   3.     Airnya tidak berasa, berbau, dan berwarna.
                                                   4.  Mempunyai slap (lantai) dan ada saluran air kotor.
b.    Tidak memenuhi syarat apabila tidak memenuhi minimal satu criteria tersebut diatas.
3.      Sumur bor
a.    Memenuhi syarat kesehatan :
                                                   1.     Kedalaman 12 m sampai dengan 40 m
                                                   2.     Pada area pantai kedalaman pengeboran diatas 100 meter
                                                   3.     Air tidak berasa, berbau dan berwarna
b.    Tidak memenuhi syarat apabila tidak memenuhi minimal satu kriteria tersebut diatas.
c.    Pengelolaan sampah
Yang dimaksud pengelolaaan sampah dalam penelitian ini adalah sarana untuk menyimpan sampah sementara sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir.
Kriteria objektif :
Memenuhi syarat : jika tempat sampah terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak, mempunyai penutup dan mudah dibersihkan.
Tidak memenui syarat : jika tidak sesuai dengan kriteria di atas.
d.   Pengelolaan air limbah
Yang dimaksud pengelolaan air limbah dalam  penelitian ini adalah system pengaliran air limbah, yang dimiliki berupa saluran dan mempunyai penampungan air limbah yang berasal dari kamar mandi, dapur dan tempat cuci.
Kriteria objektif ;
Memenuhi syarat : jika mempunyai lubang dan mempunyai penutup, mempunyai saluran dan aliran lancar, jarak lubang penampung air limbah dengan sumber air minum ≥ 10 meter.
Tidak memenuhi syarat : jika tidak sesuai dengan kriteria di atas.
e.    Pemanfaatan jamban keluarga
Yang dimaksud pemanfaatan jamban keluarga dalam penelitian ini adalah tempat yang digunakan keluarga untuk membuang feses.
Kriteria objektif ;
Memenuhi syarat : bila mempunyai lubang penampungan dan berbentuk cemplung dengan penutup atau berbentuk leher angsa digunakan dan dibersihkan minimal dua kali seminggu.
Tidak memenuhi syarat : jika tidak sesuai dengan kriteria di atas.
3.    Hipotesis Penelitian
c.    Ada hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Batua Makassar
d.   Ada hubungan pengelolaan sampah dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Batua Makassar
e.    Ada hubungan pengelolaan air limbah dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Batua Makassar
f.     Ada hubungan pemanfaatan jamban dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Batua Makassar.

BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Desain Penelitian
       Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study yaitu variabel independen dan variabel dependen  diambil pada periode waktu yang sama untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare di Wilayah kerja Puskesmas Batua Makassar.
B.     Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Batua Makassar yang dilaksanakan pada bulan Desember – Januari 2010-2011
C.    Populasi Dan Tekhnik Sampel
1.      Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien di wilayah Kelurahan  Tello Baru yang memeriksakan dirinya di Puskesmas Batua Makassar pada bulan januari sampai bulan mei tahun 2010 yaitu sebanyak 407 orang.
2.      Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti, jadi sampel dalam penelitian ini diambil secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan untuk tujuan tertentu. Dan besar sampel ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut :

29
 


Rumus:
n =        N
1 + N (d2)
Keterangan :
N   : Jumlah populasi
n    : Besar sampel
d    : Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan
N = 407
d = 10% = (0,1)
Maka :
n =          407              =     407           =    407
        1 + 407 (0,12)          1 + 4,07            5,07
n = 80
Dalam penelitian ini akan menggunakan sampel dengan criteria sebagai berikut :
a)      Kriteria Inklusi
Adalah merupakan karakteristik umum dari subjek penelitian pada suatu populasi target dan populasi terjangkau yang diteliti. Pada penelitian ini kriteria inklusi adalah :
1)      Pasien Diare yang terkontrol di Puskesmas Batua Makassar
2)      Dapat membaca dan menulis
3)      Bersedia menjadi responden
b)      Kriteria eksklusi
1)      Tidak bersedia menjadi responden
2)      Tidak bisa membaca dan menulis
D.    Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, penelitian melakukan pengumpulan data sebagai berikut:
1.      Data primer
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan koesioner disertai dengan pengamatan dengan penggunaan lembar checklist.
2.      Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi yang berhubungan dengan penelitian ini.
E.     Pengolahan Data
1.      Editing
Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan memeriksa kelengkapan data, memeriksa kesinambungan data dan keseragaman data.
2.      Koding
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban atau data perlu disederhanakan yaitu memberikan simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban (pengkodean).
3.      Tabulasi data
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data kedalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian, tabel mudah untuk dianalisa tabel tersebut dapat berupa tabel sederhana maupun tabel silang.
F.     Analisa Data
Setelah data terkumpul kemudian ditabulasi dalam tabel sesuai dengan variabel yang hendak diukur. Analisa data dilakukan melalui tahap editing, koding, tabulasi dan uji statistik. Uji statistik yang digunakan adalah Univariat dan Bivariat dengan serta menggunakan jasa komputerisasi (Program SPSS versi 11,5).
1.      Analisa Univariat
Dilakukan dari tiap variabel dan hasil penelitian berupa distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel.
2.      Analisa bivariat
Dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan dengan tabulasi silang diantara semua variabel dependen dan variabel independen dengan menggunakan metode Chi-Square dengan rumus :  

                        ∑(0 – E)²
             ײ = 
                              E

Di mana :
             O = nilai observasi (Nilai yang diperoleh)
             E = nilai expected (Nilai yang diharapkan)
             α = Tingkat kepercayaan 5 %
Interpretasinya :
a.       Hipotesis diterima, bila x² hitung > x² tabel atau
b.      Hipotesis diterima, bila nilai p < α (0,05)
G.    Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini adalah Puskesmas Batua Kota Makassar.
Setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan memperhatikan masalah etika penelitian yang meliputi :
1.      Informed consent (Lembar persetujuan)
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian.
Bila subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksakan kehendak dan tetap menghormati hak-hak subjek.
2.      Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantum nama responden, tetapi responden tersebut diberikan kode.
3.      Confidentiality ( kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.



DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, Ridwan. 2000. Epidemiologi Dasar. Fakultas Kesehatan                                                           Masyarakat  Universitas Hasanuddin. Makassar
Arjatmo Tjokonegoro, 1998. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid Satu, Edisi ke Tiga. Garya, Jakarta.
Azwar Azrul, 1990. Pengantar Ilmu kesehatan lingkungan. PT. Mutiara Sumber Widya. Jakarta.
Brunner & sudarth, 2002. Keperawatan medical bedah, volume delapan.EGC. Jakarta.
Budiman Chandra, 2007. Pengantar kesehatan lingkungan. EGC. Jakarta
Cermin dunia kedokteran 2006, (online), (http://www.cermin. Dunia.kedokteran.html,Diakses sabtu, 19 juni 2010
Daud Anwar, 2005. Dasar-dasar kesehatan lingkungan. Fakultas kesehatan masyarakat universitas hasanuddin. Makassar
Dinas kesehatan     P2M    Diare 2008   (online)                   (http://
www.dinkes.sulselgo.id/ Diakses sabtu 19 juni 2010)

Dinas kesehatan P2M Diare kab kolonprago 2007 (online), (http://www.info@dinkeskabkolonprago Diakses minggu,20 juni 2010)
Hartoyo kusnopuranto, 1997. Air Limbah Dan Eksreta Manusia, Aspek Kesehatan Masyarakat Dan Pengelolaannya, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Depertemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metodologi Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data, Edisi i. Salemba Medical, jakarta.
Indang Entjanj,2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Citra aditya. Bandung.
Keman,Soedjajadji,2004(online), (http://www.depkes.go.id/index.php? Diakses minggu, 20 juni 2010)

Ngastyah,2005 /1997. Perawatan anak sakit, EGC. Jakarta.
Nursalam, 2003. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan pedoman skripsi, tesis dan instrument penelitian keperawatan. Salemba medica, jakarta
Priedma, G. D. 1993. Prinsip-prinsip epidemiologi, essensial medical. Yogyakarta.
Profil dinkes kota Makassar sulsel, 2008 (online) (http://www.profil diare Dinkes Kota Makassar Diakses minggu,20 juni 2010)
Slamet riyadi, A. L, 2002ss. Pengantar kesehatan lingkungan dimensi dan Tinjauan Konseptual, Usaha Nasional. Surabaya.