Sabtu, 28 April 2012

Proposal Bermain Anak

TUGAS KELOMPOK
Proposal Bermain Anak
Oleh : Arahman



LATAR BELAKANG
Bermain adalah suatu terapi yang dapat digunakan pada saat anak dirawat di rumah sakit. Anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti: marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stresor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stres yang dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi).
Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan untuk membantu anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kecemasan dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan baginya. Bermain pada masa pra sekolah adalah kegiatan serius, yang merupakan bagian penting dalam perkembangan tahun-tahun pertama masa kanak-kanak. Hampir sebagian besar dari waktu mereka dihabiskan untuk bermain (Elizabeth B Hurlock, 1999: 121). Dalam bermain di rumah sakit mempunyai fungsi penting yaitu menghilangkan kecemasan, dimana lingkungan rumah sakit membangkitkan ketakutan yang tidak dapat dihindarkan (Sacharin, 1993: 78).
DEFINISI BERMAIN
Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti hanya makanan, cinta kasih (Soetjiningsih, 1995).
Tentang bermain, Hurlock (1999) menyatakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
Hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang menakutkan bagi anak. Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuannya beradaptasi, sehingga timbul hal yang menakutkan. Semakin muda usia anak dan semakin lama anak mengalami hospitalisasi maka dampak psikologis yang terjadi salah satunya adalah peningkatan kecemasan yanng berhubungan erat dengan perpisahan dengan saudara atau teman-temannya dan akibat pemindahan dari lingkungan yang sudah akrab dan sesuai dengannya (Whaley and Wong, 1995).
Kategori bermain dibagi menjadi dua yaitu bermain aktif dan pasif (Hurlock, 1999):
a)      Bermain aktif : Dalam bermain aktif, anak memperoleh kesenangan dari apa yang dilakukannya. Misalnya berlari atau membuat sesuatu dari lilin.
b)      Bermain pasif : Kesenangan yang diperoleh anak dalam bermain egosentris. Sedikit demi sedikit anak akan dilatih untuk mempertimbangkan perasaan orang lain, bekerja sama, saling membagi dan menghargai. Melalui bermain anak dilatih bersabar, menunggu giliran dan terkadang bisa kecewa, karena ini pasif berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh orang lain. Misalnya menikmati temannya bermain, melihat hewan. Bermain jenis ini membutuhkan sedikit energi dibandingkan bermain aktif.
FUNGSI BERMAIN
Fungsi dari bermain adalah anak-anak dapat mengembangkan kreatifitasnya dan anak-anak tidak merasakan dampak hospitalisasi.
Beberapa fungsi/manfaat yang bisa diperoleh seorang anak melalui bermain antara lain (Zaviera, 2008):
a)      Aspek fisik, dengan mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan yang banyak melibatkan gerakan – gerakan tubuh, akan membuat tubuh anak menjadi sehat.
b)      Aspek perkembangan motor kasar dan halus, hal ini untuk meningkatkan ketrampilan anak.
c)      Aspek sosial, anak belajar berpisah dengan ibu dan pengasuh. Anak belajar menjalin hubungan dengan teman sebaya, belajar berbagi hak, mempertahankan hubungan, perkembangan bahasa, dan bermain peran sosial.
d)     Aspek bahasa, anak akan memperoleh kesempatan yang luas untuk berani bicara. Hal ini penting bagi kemampuan anak dalam berkomunikasi dan memperluas pergaulannya.
e)      Aspek emosi dan kepribadian.
Melalui bermain, anak dapat melepaskan ketegangan yang dialaminya. Dengan bermain berkelompok, anak akan mempunyai penilaian terhadap dirinya tentang kelebihan yang dimiliki sehingga dapat membantu perbentukan konsep diri yang positif, mempunyai rasa percaya diri dan harga diri.
f)       Aspek kognitif.
Pengetahuan yang didapat akan bertambah luas dan daya nalar juga bertambah luas, dengan mempunyai kreativitas, kemampuan berbahasa, dan peningkatan daya ingat anak.
g)      Aspek ketajaman panca indra.
Dengan bermain, anak dapat lebih peka pada hal – hal yang berlangsung dilingkungan sekitarnya.
h)      Aspek perkembangan kreativitas.
Kegiatan ini menyangkut kemampuan melihat sebanyak mungkin alternatif jawaban. Kemampuan divergen ini yang mendasari kemampuan kreativitas seseorang.
i)        Terapi.
Melalui kegiatan bermain anak dapat mengubah emosi negative menjadi positif dan lebih menyenangkan.
      TUJUAN BERMAIN
Ada 2 tujuan bermain bagi anak antara lain :
a)      Tujuan umum dari bermain adalah untuk mengembangkan kreaifitas dan imajinasi anak.
b)      Tujuan khusus dari bermain adalah untuk meminimalisasikan terjadinya dampak hospitalisasi terhadap anak.
JENIS PERMAINAN
a)      VISUAL   : Mainan berwarna,bermain depan cermin,”ciluk ….ba”. Beri kertas untuk dirobek-robek.
b)      AUDITORI : Panggil nama “Mama …Papa,dapat menyebutkan bagian tubuh,
Beri tahu yang anda lakukan,ajarkan tepuk tangan dan beri perintah sederhana.
c)      TAKTIL    : Meraba bahan bermacam-macam tekstur,ukuran,main air mengalir
Berenang
d)     KINETIK : Letakkan mainan agak jauh lalu suruh untuk mengambilnya.
Adapun jenis mainan anak Usia 9 – 10 bulan antara lain :
JUMLAH PEMAIN
Anak yang berusia 9 – 10 bulan yang mengikuti permainan ini sebanyak 14 orang di antaranya laki – laki sebanyak 6 orang dan perempuan sebanyak 8 orang.
USIA PEMAIN
Adapun usia anak – anak yang bermain adalah 9 – 10 bulan.
TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN
Tempat            : Ruang perawatan anak, RS IBNU SINA Makassar
Hari/Tgl           : Kamis, 1 Desember 2011
Pukul               : 12.30 – 13.30 WIB
ALAT BERMAIN
a)      Boneka bayi
b)      Mainan yang dapat didorong dan ditarik
c)      Blockies warna-warni jumlah,ukuran.
d)     Buku dengan gambar menarik
e)      Balon,cangkir dan sendok
PRINSIP PERMAINAN
a)      Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
b)      Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
c)      Kelompok umur sama
d)     Melibatkan keluarga/orang tua.

HAMBATAN YANG MUNGKIN TERJADI
a)      Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi/keterbatasan
b)      Status kesehatan, anak sakit→ perkembangan psikomotor kognitif terganggu
c)      Jenis kelamin
d)     Lingkungan → lokasi, negara, kultur.
e)      Alat permainan → senang dapat menggunakan
f)       Intelegensia dan status social ekonomi
Hambatan lain juga yang mungkin terjadi pada anak anatara lain :
a)      Kesehatan : Semakin sehat anak semakin banyak energinya untuk bermain aktif, seperti permainan dan olahraga. Anak yang kekurangan tenaga lebih menyukai hiburan.
b)      Perkembangan motorik : Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik. Apa saja yang akan dilakukan dan waktu bermainnya tergantung pada perkembangan motorik mereka. Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif.
c)      Intelegensi : Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang kurang pandai, dan permainan mereka lebih menunjukan kecerdikan. Dengan bertambahnya usia, mereka lebih menunjukan perhatian dalam permaian kecerdasan, dramatik, konstruksi, dan membaca. Anak yang pandai menunjukan keseimbangan perhatian bermain yang lebih besar, termasuk upaya menyeimbangkan faktor fisik dan intelektual yang nyata.
d)     Jenis kelamin : Anak laki-laki bermain lebih kasar ketimbang anak perempuan dan lebih menyukai permainan dan olahraga ketimbang berbagai jenis permainan yang lain. pada awal kanak-kanak, anak laki-;aki menunjukan perhatian pada berbagai jenis permainan yang lebih banyak ketimbang anak perempuan tetapi sebaliknya terjadi pada akhir masa kanak-kanak.
e)      Lingkungan : Anak dari lingkungan yang buruk, kurang bermain ketimbang anak lainnya disebabkan karena kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan, dan ruang. Anak yang berasal dari lingkungan desa kurang bermain ketimbang mereka yang berasal dari lingkungan kota. Hal ini karena kurangnya teman bermain serta kurangnya peralatan dan waktu bebas. Ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik akan lebih cenderung memperhatikan kebutuhan bermain bagi anak. Dan akan memfasilitasi anak dalam bermain karena dengan bermain secara psikologis kepuasan fisik, emosi, sosial dan perkembangan mental anak terpenuhi sehingga anak dapat mengekspresikan perasaannya dan menunjukan kreativitasnya (Suherman, 2000).
f)       Status sosioekonomi : Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi lebih menyukai kegiatan yang mahal, seperti lomba atletik, bermain sepatu roda, sedangkan mereka dari kalangan bawah terlihat dalam kegiatan yang tidak mahal seperti bermain bola dan berenang. Kelas sosial mempengaruhi buku yang dibaca dan film yang ditonton anak, jenis kelompok rekreasi yang dimilikinya dan supervisi terhadap mereka.
g)      Jumlah waktu bebas : Jumlah waktu bermain terutama tergantung pada status ekonomi keluarga. Apabila tugas rumah tangga atau pekerjaan menghabiskan waktu luang mereka, anak terlalu lelah untuk melakukan kegiatan yang membutukan tenaga yang lebih.
h)       Peralatan : Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya. Misalnya dominasi boneka dan binatang buatan mendukung permainan pura-pura, banyaknya balok, kayu, cat air, dan lilin mendukung permainan yang sifatnya konstruktif.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar